I. PENDAHULUAN
Aspek hayati yang dikaitkan dengan pelestarian lingkungan mengandung arti yang sangat luas dan memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia.
Oleh karena itu, pada uraian ini saya akan membatasi pada potensi hayati yang berupa organism yang dapat dimanfaatkan untuk mengamankan tanaman yang dibudidayakan dari gangguan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
Organisme tersebut dapat berupa jamur, bakteri, virus, nematode, mikroplasma, protozoa atau jasad renik lainnya yang sering disebut mikroorganisme antagonistic, serta golongan hewan dan serangga yang bersifat predator, parasit/oid.Organisme tersebut keberadaannya di alam memegang peran yang sangat penting dan ikut menentukan keseimbangan alam.Oleh karena itu sering disebut musuh alami.
Keberadaan musuh alami ini sering mengalami goncangan bahkan hamper menghilang, hal ini sebagai konsekuensi logis dari perubahan bioekosistem, khususnya agroekosistem akibat tindak kelolah yang dijalankan manusia atau tata perubahan alami yang terjadi di lingkungan karena pengaruh biotic dan abiotik sehingga potensinya tidak optimal dan jauh tertinggal dari populasi OPTnya. Hal ini menjadikan sering muncul program OPT dan bumerang bagi manusia itu sendiri.
Oleh karena itu dengan adanya Undang-Undang Budidaya Tanaman Nomor 12 Tahun 1992 dapat dipakai sebagai landasan, mengingat pada pasal 60 menyebutkan bahwa barang siapa yang merusak sumber daya alam/kelestarian lingkungan akan dikenai pidana dan denda cukup berat (dipidana penjara 5 tahun dan denda 250 juta rupiah).
Pada pasal 20 lebih ditegaskan lagi bahwa di dalam usaha perlindungan tanaman agar dilaksanakan melalui Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dimana pemanfaatan musuh alami yang berupa organism (Agensia Hayati) menjadi prioritas utama.Hal ini terlihat betapa besar perhatian pemerintah dalam upaya melestarikan keanekaragaman hayati serta sekaligus mengoptimalkan potensinya dalam budidaya tanaman.
II. UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN
Pada prinsipnya, lingkunagn mempunyai mekanisme alami untuk mengatur dirinya agar tetap lestari, tetapi kepentingan manusia dengan segala aktivitasnya yang dapat mengakibatkan kelestarian terganggu dan tergoncang.
Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan agar lingkungan tersebut tetap lestari, antara lain:
- Pengaturan, pemilihan dan penggunaan tanaman pokok dalam usaha tani yang dapat memberikan interaksi positifbagi ekosistem dan tidak bertentangan dengan lingkungan.
- Mencegah dan meminimalkan penggunaan senyawa kimia, seperti pestisida dan sebagainya yang dapat mencemarkan dan menurunkan kualitas lingkungan.
- Pengaturan penggunaan komponen produk teknologi tinggi seperti pupuk anorganik dan sebagainya agar digunakan sesuai dosis dan interval pemberian yang tepat.
- Pengaturan pola tanam dan kombinasi vegetasi yang ada antara tanaman pokok dengan vegetasi lainnya agar tecipta keanekaragaman vegetasi dan memberikan manfaat bagi berkembangnya musuh alami.
III. PEMANFAATAN MUSUH ALAMI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN HAYATI
Musuh alami merupakan bagian daripada alam dan termasuk salah satu komponen hayati yang ikut berperan dalam kelestarian lingkungan. Oleh karena itu kegoncangan yang terjadi pada musuh alami akan berpengaruh pada komponen hayati lainnya yang pada akhirnya juga berpengaruh pada kelestarian lingkungan.
Untuk itu perlu upaya-upaya khusus agar peran musuh alami dapat optimal.Upaya-upaya tersebut dapat melalui prosedur yang disebut manipulasi.
Manipulasi tersebut dapat ditujukan pada musuh alaminya sendiri atau terhadap lingkungannya, seperti:
- Manipulasi yang ditujukan pada musuh alaminya.
Cara ini dimaksudkan guna meningkatkan efekivitasnya yang berupa kolonisasi periodic, yaitu pelepasan musuh alami dalam populasi tinggi setelah terlebih dahulu dilakukan perbanyakan di laboratorium atau pengumpulan dari lapang (Augmentasi).
Kolonisasi ini dikenal ada 2 bentuk yaitu:
- Pelepasan musuh alami secara inundatif, yaitu pelepasan musuh alami secara sekaligus dalam jumlah yang besar untuk memperoleh manfaat pengendalian secara langsung.
- Pelepasan musuh alami secara inokulatif, yaitu pelepasan musuh alami secara bertahap disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan atau berdasarkan populasi OPT yang dikendalikan. Jadi keberhasilan atau efektivitas pengendalian cara ini tergantung dari hasil keturunan musuh alami tersebut.
Disamping itu, sifat pengendaliannya dapat berlangsung dalam waktu lama (presistence).
- Manipulasi Lingkungan Musuh Alami.
Perubahan agroekosistem yang berakibat rusaknya habitat musuh alami sering menimbulkan pengaruh negatif bagi efektivitas musuh alami.
Untuk mengembalikan efektivitasnya dapat ditempuh dengan jalan memodivikasi lingkungannya, antara lain:
- Membuat struktur buatan dan memodifikasi kegiatan agroekonomi seperti pengaturan pola tanam danvegetasi, pengaturan naungan, pengaturan jarak tanam, sanitasi dan sebagainya.
- Pemberian makanan tambahan seperti madu, gula, polen dan sebagainya.
- Pemberian makanan alternatif bagi musuh alaminya.
- Termasuk pengurangan atau peniadaan penggunaan pestisida kimiawi.
Kegiatan manipulasi ini sering disebut sebagai usaha konservasi musuh alami.Dari kegiatan manipulasi tersebut maka cara pemanfaatan musuh alami dapat diringkas sebagai berikut:
- Pemanfaatan musuh alami secara introduksi yaitu merupakan usaha untuk memasukkan musuh alami dari luar negeri atau antar wilayah dalam satu negeri.
Contoh :
- Pengendalian serangga hama bubuk buah kopi (Stephanoderis hampei) dengan melepas dan memasukkan parasitoid Cephalonomia stephanoderis yang didatangkan dari negara Togo Afrika.
- Pengendalian hama kutu loncat lamtoro (Heteropsylla cubaria) dengan melepas predator Curinus coeruleus yang didatangkan dari Hawai.
- Pemanfaatan musuh alami secara augmentasi yaitu merupakan usaha pelepasan musuh alami domestik dengan atau dari hasil pembiakan masal agar potensinya sebagai musuh alami meningkat. Cara ini ada 2 yaitu:
- Pelepasan musuh alami (Inundatif) secara bersama dalam jumlah besar. Cara ini seperti halnya penggunaan pestisida.
Contoh :
- Penggunaan bakteri Bacillus theringiensis untuk mengendalikan hamaPlatela sp. dan Spodoptera sp.
- Penggunaan virus HaNPV untuk mengendalikan serangga hama Helicoverpa armigera
- Penggunaan jamur Beauveria bassiana untuk mengendalikan hama bubuk kopi (Stephanoderis hampei).
- Pelepasan musuh alami secara bertahap (Inokulatif).
Contoh:
- Penggunaan parasitoid telur Trichogramma armigera untuk mengendalikan serangga hamaHelicoverpa armigera.
- Penggunaan parasitoid telur Tetrascithus sp. untuk mengendalikan hama penggerek pucuk tebu.
- Konservasi yaitu usaha pengawetan atau pelestarian musuh alami yang telah ada disuatu daerah tersebut dengan cara memanipulasi lingkungan agar peranan musuh alami tersebut dapat optimal.
Contoh :
- Pengaturan sanitasi pada tanaman gulma disekitar tanaman kelapa sawit, untuk mengendalikan ulat api dan ulat kantong. Ternyata gulma-gulma tersebut sebagai sumber pakan tambahan (serbuk sari) bagi parasitoid dan predator yang menyerang hama ulat api dan ulat kantong.
- Pengurangan dan pengaturan penggunaan pestisida untuk meningkatkan peranan musuh alami hamaArtona catoxantha yang menyerang tanaman kelapa. Dengan cara jika pengamatan dilapangan tingkat parasitasi ± 70 %, maka disarankan agar dihindarkan penggunaan pestisida (Pengendalian kimiawi tidak perlu).
IV. BEBERAPA CONTOH PEMANFAATAN MUSUH ALAMI PADA TANAMAN PERKEBUNAN
Pada akhir-akhir ini pemanfaatn musuh alami sebagai agen pengendali hayati mulai banyak digunakan, walaupun informasi yang kontinyu tentang jumlah dan keberhasilan tentang efektifitasnya dilapang belum banyak diketahui. Hal ini disebabkan sampai saat ini para ahli belum sepakat mengenai metode evaluasinya yang baku.
- Penggunaan virus Helicoverpa NPV untuk mengendalikan larva Helicoverpa armigera yang menyerang ball/ buah tanaman kapas
Dosis: 100 gram HaNPV (kepadatan 6 x 10 11 PIB) dilarutkan dalam 400-500 lt air/Ha.
- Penggunaan virus Spodoptera litura NPV untuk mengendalikan larva S. litura yang menyerang daun tembakau.
Dosis: 100 – 150 gram SLNPV (kepadatan 6 x 10 11 PIB) yang dilarutkan dalam 400 – 500 Lt air/Ha.
- Penggunaan parasitoid Trichogramma armigera untuk mengendalikan telur serangga Helicoverpa armigera(serangga hama yang menyerang tanaman kapas).
Dosis: 100 – 200 pias/hektar ( 1 pias berisi 2000 parasitoid T. armigera).
- Penggunaan predator Curinus coeruleus untuk mengendalikan kutu loncat yang menyerang daun-daun muda lamtoro (sebagai tanaman penaung pada tanaman kopi).
- Penggunaan parasitoid Tetrastichus brontispae, Haechleiana bontispae untuk mengendalikan hamaBrontispae longissina yang menyerang daun muda (jamur) tanaman kelapa.
- Penggunaan parasitoid Apanteles agilis untuk mengendalikan serangga hamaHidari irava yang menyerang daun tanaman kelapa.
- Penggunaan parasitoid Apanteles artonae, Goryphus bituberculatus untuk mengendalikan hamaArtona catoxanthayang menyerang daun-daun tua tanaman kelapa.
- Penggunaan jamur Beauveria bassiana untuk mengendalikan serangga hama bubuk buah kopi (Hypothenemus hampei).
Dosis : 1,0 – 1,5 kg jamur Beauveria bassiana /Ha (kepadatan spora 8-10) yang dilarutkan 70 – 100 Lt air.
- Penggunaan jamur Metarhizium anisopliae untuk mengendalikan larva Oryctes rhinoceros (imago hama tersebut menyerang pucuk-pucuk tanaman kelapa).
Dosis: 25 – 50 gram / mm sarang perkembangbiakan.
- Penggunaan jamur Trichoderma koninggii untuk mengendalikan akar putih yang menyerang akar tanaman karet.
- Penggunaan jamur Trichoderma harzianum untuk mengendalikan penyakit busuk leher akar (disebabkan olehPhytopthora pada tanaman panili).
- Penggunaan jamur Gliocladium untuk mengendalikan penyakit rebah kecambah pada bibit tanaman kopi (disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solanii).
- Penggunaan jamur Paecilomyces, Dactylaria candida, Arthrobotrys olygospora untuk mengendalikan nematoda parasit.
- Penggunaan jamur Spicaria sp. untuk mengendalikan serangga hamaHelopelthis yang menyerang buah kakao.
- Penggunaan jamur Verticilllium sp. untuk mengendalikan serangga hama golongan kutu-kutuan dan masih banyak lagi.
PENUTUP
Dari uraian diatas dapat digambarkan bahwa aspek hayati khususnya organisme musuh alami sangat penting dan besar peranannya dalam membantu usaha budidaya tanaman pertanian.Untuk itu perlu pemahaman dan pengetahuan yang mendasar bagi kita terhadap musuh alami tersebut dan hubungannya di dalam ekosistem agar potensinya dapat dioptimalkan sekaligus keberadaannya dilestarikan sehingga tidak bertentangan dengan kodratnya untuk tetap hidup sebagai mahluk Tuhan dimuka bumi ini.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar