Bismillah,
Abul ‘Aliyah rahimahullah menceritakan:”Ketika kami menaklukan kota Tustar (salah satu kota di Persia), kami mendapati di antara kekayaan istana Hurmuzan sebuah tempat tidur yang di atasnya ada jenazah seorang laki-laki yang di atas kepalanya ada Mushaf. Lalu, kami mengambil Mushaf itu dan membawanya ke hadapan ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu 'anhu. Lalu ‘Umar radhiyallahu 'anhu memanggil Ka’b dan menyuruhnya untuk menyalinnya kedalam bahasa Arab. Dan akulah orang Arab pertama yang membaca Mushaf tersebut, aku membacanya seperti aku membaca al-Qur’an.”
Maka aku (perawi) berkata kepada Abul ‘Aliyah:”Apa yang ada di dalamnya?” Dia menjawab:”(di dalamnya ada) Sejarah kalian, berbagai persoalan kalian, ucapan-ucapan kalian serta apa yang terjadi setelahnya.” Lalu aku bertanya lagi:”Lalu apa yang engkau lakukan terhadap mayat yang kalian temukan tersebut?” Dia menjawab:”Kami menggali lubang kubur pada siang harinya sebanyak tiga belas lubang secara terpisah. Lalu ketika malam tiba kami kuburkan dan kami menyamakan (meratakan) seluruh kuburan tersebut dengan tujuan agar kami menyembunyikannya dari manusia agar mereka tidak menggalinya.”
Abul ‘Aliyah rahimahullah menceritakan:”Ketika kami menaklukan kota Tustar (salah satu kota di Persia), kami mendapati di antara kekayaan istana Hurmuzan sebuah tempat tidur yang di atasnya ada jenazah seorang laki-laki yang di atas kepalanya ada Mushaf. Lalu, kami mengambil Mushaf itu dan membawanya ke hadapan ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu 'anhu. Lalu ‘Umar radhiyallahu 'anhu memanggil Ka’b dan menyuruhnya untuk menyalinnya kedalam bahasa Arab. Dan akulah orang Arab pertama yang membaca Mushaf tersebut, aku membacanya seperti aku membaca al-Qur’an.”
Maka aku (perawi) berkata kepada Abul ‘Aliyah:”Apa yang ada di dalamnya?” Dia menjawab:”(di dalamnya ada) Sejarah kalian, berbagai persoalan kalian, ucapan-ucapan kalian serta apa yang terjadi setelahnya.” Lalu aku bertanya lagi:”Lalu apa yang engkau lakukan terhadap mayat yang kalian temukan tersebut?” Dia menjawab:”Kami menggali lubang kubur pada siang harinya sebanyak tiga belas lubang secara terpisah. Lalu ketika malam tiba kami kuburkan dan kami menyamakan (meratakan) seluruh kuburan tersebut dengan tujuan agar kami menyembunyikannya dari manusia agar mereka tidak menggalinya.”
Aku bertanya kepadanya:”Lalu apa yang mereka harapkan darinya?” Dia berkata:”Jika mereka tertimpa musim kemarau mereka menampakkan tempat tidur tersebut, lalu turunlah hujan.” Aku bertanya lagi:”Engkau kira siapa orang itu?” Dia menjawab:”Seseorang yang disebut-sebut bernama Danial.” “Sejak kapan engkau menemukannya dalam keadaan mati?” Tanyaku. Dia menjawab:”Sejak tiga ratus tahun yang lalu.”
Lalu aku bertanya kepadanya:”Apakah ada yang berubah pada dirinya?” Dia menjawab:”Tidak ada, kecuali beberapa helai rambut dari bagian tengkuknya. Sesunguhnya daging (jasad) para Nabi tidak hancur dilumat oleh Bumi dan juga tidak dimakan oleh binatang buas.”
Sanad hadits ini shahih sampai kepada Abul ‘Aliyah. Akan tetapi, jika tahun wafatnya tercatat dari tiga ratus tahun, maka dia bukan seorang Nabi, melainkan hanya seorang yang shalih. Karena, antara ‘Isa bin Maryam 'alaihissalam dengan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak ada seorang Nabi pun, berdasarkan nash yang ada dalam shahih al-Bukhari. Dan jarak antara kedua Nabi tersebut(Muhammad dan ‘Isa) adalah empat ratus tahun, ada yang mengatakan enam ratus tahun dan yang mengatakan enam ratus dua puluh tahun. Dan kemungkinan tahun wafatnya (nabi Isa) semenjak delapan ratus tahun, dan ia dekat dengan masa Danial.
Dan Jika keadaan Danial sama seperti kenyataan yang disebutkan (wafat sejak sekitar 300 tahun), maka mungkin ia (mayat itu) orang lain dari kalangan Nabi atau orang shalih. Tetapi dugaan yang paling kuat ia adalah Danial, karena Danial telah ditangkap oleh raja Persia dan tinggal di sana dalam keadaan terpenjara.
Diriwayatkan dengan sanad yang shahih kepada Abul ‘Aliyah:”Bahwa panjang hidungnya satu jengkal.” Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu dengan sanad jayyid bahwa panjang hidungnya satu hasta. Sehingga kemungkinan ia adalah salah seorang dari kalangan Nabi terdahulu sebelum masa-masa ini.
Wallohu A’lam.
Ibnu Abid Dunya, dari Abdurrahman bin Abuz Zanad dari ayahnya, dia bercerita:”Aku pernah melihat di tangan Abi Burdah bin Abu Musa al-Asy’ari radhiyallohu 'anhu terdapat sebuah cincin, yang pada mata cincinya diukir gambar seorang laki-laki diantara dua singa yang sedang menjilati orang tersebut.”
Abu Burdah mengemukakan:”Cincin tersebut adalah milik orang yang sudah menjadi mayat itu, yang penduduk negeri ini mengklaimnya sebagai Danial. Kemudian Abu Musa mengambil cincin itu pada saat pemakamannya.”
Abu Burdah mengatakan:”Kemudian, Abu Musa radhiyallahu 'anhu bertanya kepada ulama negeri tersebut mengenai pelukisan cincin tersebut?” Maka, mereka menjawab:”Sesungguhnya, raja yang Danial berada dalam kekuasaannya pernah didatangi oleh ahli nujum (dukun dan tukang ramal), lalu mereka berkata kepada raja tersebut:”Sesungguhnya, pada malam sekian dan sekian dilahirkan seorang anak laki-laki yang akan merongrong dan menghancurkan kerajaanmu.” Raja itu berkata:”Demi Allah, tidak ada anak kecil laki-laki pada malam tersebut kecuali aku akan membunuhnya.” Hanya saja mereka menangkap Danial, lalu mereka melemparkannya ke dalam kumpulan singa. Dan ternyata singa itu menjilatinya dan tidak membahayakannya. Kemudian, ibunya datang, lalu dia mendapati kedua singa itu menjilatinya. Sehingga dengan demikian, Allah menyelamatkannya melalui hal tersebut.”
Abu Burdah menceritakan, Abu Musa berkata:”Para ulama nergeri tersebut berkata:”Maka, Danial mengukir gambarnya dan gambar kedua singa yang sedang menjilatinya pada mata cincin, agar dia tidak lupa akan nikmat Alloh dalam masalah tersebut.” sanad hadits ini hasan.
(Dinukil dari : "Kisah Shahih Para Nabi", Pustaka Imam Syafi’i hal 465-467)
Sumber : http://artikelassunnah.blogspot.com/2011/11/kisah-nabi-danial-alaihissalam.html
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar