Mobil - mobil ciptaan mahasiswa ITS Surabaya

Bookmark and Share

Negara yang unggul adalah teknologi dan sainsnya sangat maju serta ekonomi dan pertahanan stabil. Indonesia menuju kearah sana , salah satunya adalah SDM yang belajar dan mengembangkan dengan sains dan teknologi. Adalah kampus ITS di Surabaya mulai tahun 1989 sudah mulai menciptakan mobil dengan tenaga surya , lalu berkembang menciptakan mobil dengan berbagai bahan bakar untuk tenaga mobil. Nama - nama mobil yang sudah diciptakan Mahasiswa ITS adalah  :
I. WIDYA WAHANA 1 - 3 , II. ANTASENA , III. NAGA GENI , IV. SAPU ANGIN 1 - 7.  
Keterangan sebagai berikut :

1. Mobil WIDYA WAHANA 1 , 2 DAN 3.


WW-2 
                 WW-3
ITS pernah mengembangkan mobil bertenaga surya hingga generasi ke tiga dengan nama Widya Wahana. Kegiatan tersebut pernah melambungkan nama ITS di tingkat nasional dengan diadakannya perjalanan dalam rangka uji coba mobil bertenaga matahari itu dari Jakarta menuju
Surabaya.
Nama Widya Wahana itu diberikan Mendikbud Fuad Hasan yang diartikan sebagai wahana atau tempat belajar untuk para mahasiswa dalam memahami berbagai bidang ilmu yang ditekuninya. Kini, satu dari ketiga mobil itu menjadi koleksi museum energi baru di Kompleks Taman Mini Indonesia Indah.
Kegiatan Widya Wahana akhirnya terhenti, karena kekurangan dana untuk kegiatan riset dan pengembangan terkait dengan makin tingginya harga sel surya di tingkat dunia, akibat krisis moneter di Indonesia.

2. MOBIL ANTASENA

Antasena, Mobil Baru Besutan ITS dengan bahan bakar HIDROGEN
Institut Teknologi Sepuluh Nopember(ITS) Surabaya ternyata juga memiliki jagoan baru. Saat ini mereka tengah mempersiapkan mobil hemat energi berbahan bakar air yang mereka namai Antasena.
Tim Antasena yang merupakan mahasiswa dari Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, serta Teknik Mesin dan Mekatronika Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) itu optimistis, Antasena akan menjuarai kompetisi tingkat dunia.
   


Penanggung jawab Antasena, Achmad Fachrudiin menyatakan, ide penggarapan mobil mungil itu bermula dari pembatasan kendaraan penyebab macet dan polusi udara di Indonesia.

"Konsep Antasena sebagai mobil hemat energi telah ada sejak tahun lalu," kata Fachruddin seperti dinukil dari laman ITS, Kamis (22/3/2012).

Nama Antasena, kata Fachruddin, diusulkan oleh mahasiswa jurusan Teknik Material dan Metalurgi angkatan 2007 Wipri Alma. Dalam kisah pewayangan Jawa, Antasena merupakan putra bungsu Bimasena dan saudara lain ibu dari Antareja dan Gatotkaca.  Diketahui, Antasena memiliki keunggulan menyelam di air.

"Keunggulan itulah yang mendasari tim menamai mobil buatan mereka dengan Antasena," imbuhnya.

Fachruddin memaparkan, Antasena menggunakan bahan bakar Hidrogen (H2) yang dihasilkan melalui pemisahan senyawa H2O (air). Pemilihan bahan bakar ini memiliki alasan khusus. Tim Antasena, kata Fachruddin, sangat prihatin dengan sumber bahan tambang dunia yang makin minim.

Pada ajang SEM Asia 2012, Antasena merupakan satu-satunya mobil berbahan bakar hidrogen. Keunggulan lainnya adalah, karena memakai karbon fiber, bobot Antasena pun cukup ringan, hanya 40 kilogram. Tim Antasena juga memakai hub motor yang efisiensinya mencapai 94 persen.

Untuk desain, mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Ariza Fajri dan Denis Firmasyah memilih konsep aerodinamis agar Antasena dapat melaju tanpa hambatan. Konsep ini memang memperkecil gaya gesek mesin dengan udara.

Fachrudin mengaku, pembuatan Antasena telah mencapai 60 persen. Tim tengah membangun rangka mobil di Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, sedangkan sensor penggerak dikerjakan di PENS. Kemudian, tim beranggotakan delapan orang petugas teknis dan empat petugas non-teknis ini pun siap merangkai Antasena.

"Kami menargetkan pada pertengahan April mendatang, Antasena rampung digarap, di luar fuel cell-nya. Dan pada Mei, Antasena pun akan sudah menjadi mobil yang sempurna," katanya mantap.

Mobil yang mendatangkan mesin langsung dari Swiss ini menghabiskan dana sekira Rp65 juta. Meski belum rampung dibuat, Antasena telah menarik minat banyak investor seperti PT Bukit Asam, PT Garuda Indonesia, dan Sasa Inti.

Fachruddin berharap, usai kompetisi, Antasena dapat diproduksi massal dan dimanfaatkan sebagai sarana transportasi seperti mobil Esemka.

3. MOBIL SAPU ANGIN 1 - 7.

Mobil Irit "SAPU ANGIN" Menjuarai Kompetisi Shell Eco Marathon Asia 2010- Setelah kemenangan Tim Robot ITS yang akan mewakili Indonesia pada lomba robot internasional, ITS kembali mencatat prestasi atas keberhasilan mereka dalam kompetisi Shell Eco Marathon Asia 2010. ITS dengan mobil "Sapu Angin 2" nya, berhasil menyabet juara 1 dalam kelas Urban Concept setelah berhasil mencatatkan jarak tempuh sejauh 237,6 km 
dengan satu liter bensin (km/lt)


 

Dengan catatan jarak tempuh tersebut SA 2 menerima dua penghargaan sekaligus yaitu Combustion Grand Prize dan Gasoline Fuel Award. SA 2 sendiri didesain dengan tujuan irit bahan bakar dengan tetap memenuhi fungsi-fungsi lain seperti stabilitas, keamanan dan kenyamanan.
ITS memiliki dua mobil yang diberi nama Sapu Angin 1 dan 2. Sapu Angin 1 adalah mobil prototip futuristik mirip gokart dengan target satu liter bensin untuk jarak tempuh 1.000 kilometer. Sedangkan, mobil Sapu Angin 2 mirip mobil roda empat yang konvensional, namun hanya berisi 1-2 penumpang dengan target satu liter bensin untuk jarak tempuh 300 kilometer. Mobil “Sapu Angin1” dan “Sapu Angin2” dirancang sendiri oleh 14 mahasiswa Jurusan Teknik Mesin pada Fakultas Teknik Industri (FTI) ITS tahun 2005 dan 2006.
Pada 11 Januari 2010 lalu, dua mobil “Sapu Angin” tersebut diluncurkan. Kelebihan mobil “Sapu Angin” ini antara lain konsepnya yang monoqouce sehingga membuat bobotnya terasa ringan, kemudian sistem injeksi pada mesin (EFI) membuat mobil jadi hemat BBM dan ramah lingkungan dibandingkan dengan sistem karburator (sistem semprot). Bodinya ringan karena berbahan baku fiberglas, sedangkan kerangkanya terbuat dari poly-euretane (gabus padat).
Uji Coba Mobil Sapu Angin 3
Sudah kita ketahui sekarang ini pemerintah sedang giat-giatnya untuk menemukan cara menghemat bahan bakar terutama bensin. Dan pada 31 maret 2011 tim dari ITS meluncurkan 3 buah mobil hemat energi yang mereka beri nama Sapu Angin 1,2,dan 3.

Mobil hemat bahan bakar yang mereka buat terdiri dari tiga jenis,
yakni Sapu Angin 3 yang menggunakan mesin Honda Revo 110cc,
Sapu Angin 4 dengan menggunakan bahan bakar Fane (Bio diesel)
dan Sapu Angin 5 yang 100 persen semuanya diproduksi di
Indonesia, baik dari mesin, hingga merakit bentuk mobilnya.
“Ketiga mobil yang kami buat masuk ke 2 kategori, yakni untuk
Sapu Angin 3 dan 4 masuk kedalam kategori Urban Konsep,
sedangkan Sapu Angin 5 masuk dalam kategori Proto Type
 SAPU ANGIN 6 DAN 7
Tim Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) meluncurkan Mobil Sapu Angin 6 dan 7, Rabu (28/3/2012).Mobil buatan mahasiswa jurusan Teknik Mesin ITS tersebut disiapkan untuk kompetisi Shell Eco-Marathon (SEM) Asia 2012 di Sepang, Malaysia, yang rencananya akan digelar Juli mendatang.
Mobil Sapu Angin 6 akan berlaga di kelas prototipe berbahan bakar bensin. Sedangkan Sapu Angin 7 akan turun di kelas Urban Concept dengan mesin diesel yang berbahan bakar biofuel.
"Prestasi yang membanggakan sangat kami harapkan dari kedua mobil tersebut, melebihi prestasi yang pernah diukir sebelumnya," kata Ketua Jurusan Teknik Mesin ITS Bambang Pramujati"

4. MOBIL NAGA GENI


Nagageni Si Mobil Listrik
Satu lagi teknologi transportasi cerdas diluncurkan oleh mahasiswa ITS. Menyusul Sapu Angin dan Antasena, kini hadir pula mobil karya mahasiswa D3 Teknik Mesin ITS. Nagageni namanya.
Berbeda dengan mobil ITS yang lain, Nagageni diproyeksikan sebagai mobil listrik. Artinya, energi penggerak paling besar berasal dari listrik. Nantinya, Nagageni ini akan memiliki baterai penyimpan tersendiri.

Hebatnya, proyek pembuatan mobil ini adalah bagian dari program kerja Departemen Riset dan Teknologi (Ristek) Himpunan Mahasiswa D3 Mesin ITS. Ahmad Nurdian Syah selaku kepala departemen menjelaskan bahwa selama ini jurusannya belum memiliki program riset. ''Harapannya, ini menjadi inovasi baru,'' terang mahasiswa yang akrab disapa Didin ini.

Walau bagian dari program himpunan, pembuatan Nagageni ini dilaksanakan oleh tim yang independen. Mereka diseleksi oleh Departemen Ristek melalui open recruitment. Saat ini jumlah anggota tim mencapai 20 mahasiswa, lintas angkatan.

Nagageni memang masih dalam tahap penyelesaian. Meski begitu, mobil ini berhasil diuji coba langsung oleh Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Meneg BUMN), Dahlan Iskan, Sabtu (31/3) lalu. Tak hanya itu, tanda tangan Meneg BUMN ini pun bertengger di badan mobil.

Nagageni tidak akan hanya mengandalkan energi listrik saja. Rencananya, akan ditambahkan beberapa komponen sehingga energi lain. Yaitu dari solar cell, dan  bahkan tenaga angin.

Lewat Riset Hingga Alumni
Pembuatan mobil Nagageni ini ternyata membawa keuntungan tersediri bagi para  mahasiswa. Pasalnya, Nagageni menjadi ladang ide bagi mahasiswa dalam pelaksanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).

Tidak hanya itu, mahasiswa tingkat akhir turut ambil bagian. Nagageni pun banyak dikembangkan menjadi bahan tugas akhir (TA). Edo Edgar Santoso Putra, salah satu anggota tim, memaparkan bahwa topik TA umumnya terpusat pada masing-masing komponen. Melalui hal itu, pembuatan Nagageni jelas bertambah mudah.

Nagageni juga sangat didukung oleh pihak birokrasi, melalui bantuan fasilitas laboratorium beserta dosen pembimbing tetap. Hanya saja, dana masih menjadi hambatan dalam pembuatan Nagageni. Tak jarang, anggota tim harus mengeluarkan dana pribadi.

Sokongan peralatan juga masih minim. Bahkan terkadang harus bergantian dengan mahasiswa-mahasiswa lain. Untungnya, proyek Nagageni ini terdengar oleh beberapa alumni D3 Teknik Mesin ITS. Pembuatan body mobil bakal mereka fasilitasi.

Baik Didin maupun Edo berharap bahwa Nagageni akan menjadi salah satu ikon ITS layaknya Sapu Angin. Lebih dari itu, keduanya menargetkan Nagageni menjadi branding jurusan. ''Dengan Nagageni saya berharap mampu meningkatkan daya saing D3 Teknik Mesin ITS,'' ujarnya.

Semangat Membara
Nama Nagageni yang diusung sebagai branding mobil sebenarnya ditemukan secara tidak sengaja. Menurutnya, Naga diambil karena wujudnya yang besar dan tinggi, Sementara, filosofi geni yang berarti api dalam bahasa Indonesia adalah selalu membakar dan tak pernah padam. ''Intinya, Nagageni ini adalah simbol dari semangat mahasiswa D3 Teknik Mesin ITS yang tak pernah padam,'' tuturnya.

Didin, Edo dan seluruh tim sangat optimis menyelesaikan mobil ini tepat waktu.  Nagageni akan diadu untuk pertama kalinya dalam kompetisi di Politeknik Negeri Bandung (Polban), Oktober mendatang

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar