ITS Raih Penghargaan The Spirit of Atlantic Challenge

Bookmark and Share
Prestasi internasional kembali diukir anak bangsa. Kali ini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, berhasil menorehkan nama baik di kancah internasional.
Tim Maritime Challenge (MC) ITS berhasil meraih Trophy Spirit of Atlantic Challenge dan tiga penghargaan bergengsi lain dalam lomba Intenational Contest of Seamanship, Atlantic Challenge International 2012di Bantry, Irlandia. Tim yang terdiri atas 20 mahasiswa 
ITS dari berbagai jurusan ini menerima penghargaan kemarin. Mereka berjuang selama tujuh hari mulai 21 Juli hingga 27 Juli 2012.

Dari perjuangan itu, mereka berhasil meraih empat penghargaan bergengsi, yakni Trophy Spirit of Atlantic Challenge, The Best Beautiful Boat in Contest, juara ketiga untuk kategori L’Esprit, dan juara kedua dalam kategori Rowing. "Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Presiden Atlantic Challenge International Lee Scarborough," kata Ketua Tim MC ITS Rikki Setyadi di Surabaya, kemarin.

Kontingen Maritime Challenge Indonesia yang diwakili oleh ITS - Surabaya dalam parade team diiringi oleh pelajar dan mahasiswa bule Europa yang sangat ANTUSIAS MENDUKUNG team Indonesia dengan rela memegang spanduk INDONESIA , team Maritime ITS siap bertarung dengan team - team negara lain menjelajahi LAUTAN ANTLANTIK dengan perahu layar.
Setelah meraih "Trophy Spirit of Atlantic Challenge" banyak para pelajar dan mahasiswa EUROPA ingin foto bersama , mereka terkagum dan terpana dengan keberanian dan ketrampilan mahasiswa Indonesia dalam bertarung di lautan ATLANTIK. Bahkan Team INGGRIS RAYA dikalahkan Team ITS. 
Tidak heran, kemenangan Rojo Segoro atas Inggris Raya ini menempatkan tim MC ITS di peringkat enam. Rojo Segoro pun mengungguli Inggris, Amerika Serikat (AS), Italia, Finlandia, Kanada, dan Prancis.
 PERAHU LAYAR "ROJO SEGORO" 
Tangguh , Trampil dalam lomba 7 hari mengarungi samudra ATLANTIK pada perlombaan tingkat dunia di IRLANDIA , EUROPA.

Rikki bertutur, penghargaan yang paling berharga adalah Trophy Spirit of Atlantic Challenge. Sebab, piala ini dikenal sakral lantaran tim yang terpilih dinilai mewakili semangat Atlantic Challenge. Untuk The Best Beautiful Boat in Contest, penghargaan ini diberikan khusus kepada kapal Rojo Segoro. Penghargaan ini diberikan dengan penilaian yang ketat. Penilaian berdasar pemilihan dari seluruh elemen lomba baik panitia, kontestan, juri maupun penduduk lokal.

"Mereka menempatkan kapal Rojo Segoro menjadi kapal tercantik di event ini," paparnya.
Saat ini, tim masih beristirahat, rencananya tim akan pulang ke Indonesia pada 10 Agustus mendatang.  Namun sebelum pulang, tim menerima kabar gembira. Berkat penghargaan yang diperoleh, kapal Rojo Segoro yang memperoleh penghargaan The Best Beautiful Boat in Contest langsung dilirik tim Lithuania.

"Mereka (tim Lithuania) berniat meminjam Rojo Segoro selama enam tahun ke depan," kata Pembimbing Tim MC ITS Daniel M Rosyid.

Sementara itu, President of Atlantic Challenge Foundation Lee Scarbrough mengatakan, Trophy Spirit of Atlantic Challenge adalah salah satu trofi yang paling penting. Sebab, trofi tersebut diberikan kepada tim yang sudah berjuang dengan keras bukan hanya ketika perlombaan berlangsung. "Persiapan mereka menuju event ini pun ikut diperhitungkan," ujarnya

Perahu Kayu Buatan Mahasiswa ITS Diminati Asing.

“Tahun 2010, tim Maritime Challenge (MC) ITS menggunakan Kapal Merdeka II yang diberi nama Kapal `Garuda Nusantara` yang akhirnya dibeli Yayasan Atlantic Challenge untuk kapal percontohan dalam berbagai workshop di AS,” kata Pembina Tim MC ITS Prof DR Daniel M Rosyid kepada ANTARA di Surabaya, Selasa.

 


Oleh karena itu, kata pakar kelautan itu, tim MC ITS membuat Kapal Merdeka III untuk mengikuti ajang serupa di Irlandia pada 24-31 Juli 2012 yang mulai dirancang sejak Maret 2011.
“Kapal yang dirancang dengan teknologi laminasi bambu itu juga sudah ditawar untuk dibeli oleh tim dari Belanda dan Belgia, tapi kami belum memutuskan, karena adik-adik mahasiswa masih fokus pada pengerjaan perahu dan persiapan tim lomba,” katanya.
Ia menjelaskan Kapal Merdeka I yang mengikuti ajang serupa sejak tahun 2002 juga mendapatkan penghargaan sebagai perahu kayu tercantik dengan tim yang sportif dan memiliki “spirit” pun masuk ke Museum Kanada.
“Kapal Merdeka II sendiri dibeli Yayasan Atlantic Challenge senilai 35 ribu dolar AS yang akhirnya kami gunakan untuk memberangkatkan tim MC ITS pada lomba kebaharian atau kepelautan di Irlandia pada 2012,” katanya.
Hal serupa juga terjadi pada Kapal Merdeka III. “Kalau laku pun hasilnya akan kami gunakan memberangkatkan tim pada lomba serupa pada tahun 2014, sedangkan bantuan sponsor akan kami gunakan pengerjaan kapal itu sendiri,” katanya.

Tentang teknologi laminasi bambu, ia mengaku bambu dijadikan alternatif, karena kayu semakin sulit dicari dan harganya pun mahal, apalagi kandungan serat bambu juga lebih bagus, sehingga kapal akan lebih kuat.
“Dengan dukungan lem dari rekanan dari perusahaan Jepang di Probolinggo, kami sudah menggunakan laminasi bambu untuk tiang kapal dan untuk lomba kebaharian internasional 2012 akan kami gunakan untuk tempat duduk penumpang,” katanya.
Senada dengan itu, Kepala Laboratorium Perkapalan PPNS ITS Surabaya Putu Arta Wibawa ST MT kepada ANTARA menegaskan bahwa kapal yang terbuat dari fiberglass yang dibuat mahasiswa ITS untuk praktik juga banyak diminati pembeli lokal.
“Kami sudah pernah melayani pesanan kapal patroli Kementerian Kelautan dan Perikanan RI sebanyak tiga unit untuk operasi di wilayah terdepan Indonesia di Ternate dan Irian,” katanya.
Selain itu, pihaknya juga pernah menerima pesanan kapal wisata dari swasta untuk Pelabuhan Prigi di Tulungagung, lalu satu unit kapal penumpang yang dipesan Pemkab Madura, dan satu unit kapal pengawas Boozem Morokrembangan yang dipesan Pemkot Surabaya.
“Kami juga pernah membuat kapal Katamaran untuk wisata sebanyak dua unit yang dipesan Pemkab Ponorogo dan satu unit untuk pemadam kebakaran hutan yang dipesan Pemprov Kalsel,” katanya.
Oleh karena itu, katanya, Rektor ITS Prof Triyogi Yuwono DEA selalu menyatakan menang atau kalah dalam lomba kapal bukan tujuan penting, namun mahasiswa yang melakukan sendiri proses mencari bahan, membuat kapal, dan menyeleksi tim untuk lomba itu justru merupakan hal yang lebih penting untuk “technopreneurship” ke depan.
 

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar